Welcone to my Blog

Dear All,
Tujuan utama saya membuat blog ini adalah untuk berdiskusi mengenai beberapa hal yang menarik minat saya. diantaranya soal Kehidupan Seorang Pelaut yang dimata orang awam dinilai negative, benarkah seperti itu ?, apa ada Pelaut yang religius ? apa saja hikmah yang didapat oleh Pelaut selama mengarungi samudra yang seolah tak bertepi ? . Saya akan menceritakan semua kepada anda, tanpa ada yang ditutup-tutupi, InsyaALLAH.

Minggu, Maret 15, 2009

Pelacur dan Pelaut yang Malang

Sekali waktu diujung tahun 2000,  entah kenapa, tiba-tiba aku ingin mengajak istriku mengunjungi atau paling tidak lewat didepan sebuah lokalisasi pelacuran yang ada di kota Semarang , yang kalau aku tak salah, orang menyebutnya SK. Saat itu, sudah dua hari kami berada di kota ini untuk menghadiri acara pernikahan sepupuku. Malam belum begitu larut. Angka digital di HP ku menunjukkan 22.25. Diluar udara terasa sejuk, sisa dari hujan yang turun – walau cuma satu jam namun cukup lebat – sore tadi.  Kuraih kunci mobil, lalu kupesan kepada Lala, sepupu dari Jakarta untuk menjaga Ica, anakku yang baru berusia 2 tahun. Ica sudah tidur dari tadi.

 

Segera kuhidupkan mesin mobil. perlahan kami menyusuri jalanan dikota lumpia yang masih basah oleh hujan. 20 menit kemudian, kami melewati lokalisasi SK. setelah kujelaskan tempat apa itu, kutanya istku, " Lihat banyak sekali mobil dan motor diparkir didepan lokasi tadi, semua pemiliknya sedang berada didalam bersama para pelacur, kira-kira apa aja profesi orang-orang itu, Dik ?".

 

" Macem-macem lah ", jawab istriku belum mengerti  maksud pertanyaanku.

" Kamu betul ", ujarku, " disana mungkin ada pegawai negri, tukang becak, polisi, pegawai bank, pelukis, pengangguran, mahasiswa dan lain sebagainya ". 

 

Dua, tahun kemudian, dengan suasana yang sama, pertanyaan yang sama, namun tempatnya berbeda. kali ini aku membawa istriku masuk kedalam lokalisasi di Bandar Baru, sebuah lokasi dekat kota Berastagi, kira-kira 1 jam perjalanan dari Medan.

 

Dari dalam mobil, kami memperhatikan serta menghitung jumlah mobil dan  motor yang di parkir di setiap halaman rumah yang menjadi tempat praktek prostitusi. ada lebih kurang 18 mobil dan tiga puluhan sepeda motor. dengan asumsi 1 mobil 2 orang lelaki dan 1 motor 1 orang, berarti jumlah lelaki yang mencari kehangatan tubuh wanita secara haram saat itu ada lebih kurang 50 lelaki .

 

Pertanyaan yang sama seperti saat di Semarang kulontarkan,

" Apa aja profesi mereka ? "

Jawaban istriku juga sama seperti dulu.

" Menurut kamu ada enggak pelaut diantara mereka ? ", tanyaku lagi

" Mungkin aja "

" Kemungkinannya kecil sekali, bahkan bisa tak mungkin ",

" Kenapa ?", istriku memandangiku.

"  Kalau yang kita maksud adalah pelaut yang masih diatas kapal yg belum habis kontrak, berarti  saat  mereka disini, kapal mereka berlabuh di Belawan, jarak  Belawan ke sini bisa 2 sampai 3 jam perjalanan, alangkah bodohnya pelaut tersebut nyusahin diri jauh-jauh kemari padahal di Sicanang yang cuma berjarak 15 menit dengan motor, banyak pelacur juga. "

 

" Kembali ke orang-orang ini, para lelaki yang saat ini sedang dalam pelukan wts, yang profesinya bisa macem-macem, mungkin ada yang jaksa, dosen, pegawai kantor lurah, supir, kuli, wartawan dan sebagainya. menurut kamu, mereka punya istri gak ?"

" pastilah, kecuali yang memang belum kawin ato duda ", jawab istriku

" Dimanakah istri-istri mereka tinggal ?", pertanyaanku terdengar dungu. Iya, karena belum masuk ke inti persoalan.

" Ya dirumah mereka lah "

" Dimana rumah mereka ?", desakku

" Mungkin di Medan ato Brastagi barangkali "

" Kamu betul, berarti mereka-mereka ini dalam keadaan dekat dengan istri mereka , yang berarti, kapan aja mereka kepengen Making Love, mereka bisa minta kesediaan istrinya, ya kan"

" iya, lantas maksud abang apa sih.... " istriku tak sabar

" Setiap malam dimana-mana diseluruh indonesia,bahkan diseluruh dunia, tempat-tempat seperti ini selalu diramaikan para lelaki dari segala macam profesi, yang mereka semua, - kecuali yg bujangan - pasti memiliki istri. pertanyaannya adalah, mengapa hanya pelaut yang selalu mendapat cap negative sebagai laki-laki kotor yang selalu main perempuan disetiap pelabuhan yang mereka singgahi. Padahal dalam 10 bulan kontrak mereka diatas kapal, paling banyak kapal mereka berada dipelabuhan/sandar sebanyak 30 hari, dengan asumsi kapal berlayar dari satu pelabuhan kepelabuhan lain selama 10 hari ( misalnya dari Singapore ke Tianjin di China utara sana ). berarti, sisanya, yakni selama 270 hari mereka berada dilaut yang jauh dari peradaban, jauh dari lokalisasi. Lagipula, belum tentu disetiap pelabuhan, seorang pelaut sempat turun kedarat, karena kapal membongkar muatan hanya sekitar 6 sampai tujuh jam, misalnya.  Sekarang bandingkan dengan mereka-mereka yang berprofesi selain pelaut. setiap malam, jarak mereka ke tempat pelacuran hanya beberapa kilometer. dan nyatanya, tempat pelacuran selalu ramai oleh lelaki yang bukan pelaut.

 

Seandainya ada dua orang laki-laki sedang berada di tempat pelacuran di Sicanang. yang satu pegawai negri, yang satu lagi seorang pelaut yg kapalnya sedang sandar di Belawan, sementara istrinya tinggal di jakarta. Sipegawai negri istrinya di Medan. Mereka berdua sama sama sedang dalam pelukan pelacur. kita kesampingkan soal dosa dan agama, dari sisi moral, manakah yang lebih bejat ?. Orang kebanyakan pasti akan bilang ke si pegawai negri,  " Dasar buaya darat, istri ada dirumah, masih cari yang haram ".  Sedangkan sipelaut, orang akan sedikit maklum dengan keadaannya yang jauh dari istri selama berbulan-bulan.

 

Singkatnya, tanpa kehadiran pelautpun, lokasi pelacuran selalu ramai dikunjungi laki-laki. Jadi, KENAPA HANYA PELAUT YANG MENDAPAT CAP NEGATIVE SOAL PEREMPUAN".  

 

Istriku, hanya mengangguk-angguk  kayak buruk pelatuk. Perlahan, kutekan pedal gas, mobil keluar dari lokalisasi Bandar Baru, belok kekiri lalu membelah malam menuju Medan.

 

Batam, Maret 10 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar